Tante Sherlly Cindo Yang Montok

Tante Sherlly Cindo Yang Montok

Di tempat asalku, jarang sekali aku bergaul dengan orang Cina. Namun, di Surabaya, hal tersebut bukanlah sesuatu yang aneh. Aku bisa dengan akrab bermain, berkunjung, dan berjalan-jalan bersama mereka. Sejak tiba di Surabaya, keinginanku adalah merasakan keindahan tubuh wanita Cina. Obsesiku memang begitu kuat. Aku ingin sekali memiliki seorang wanita Cina sebagai objek birahiku. Tidak terduga, semuanya berjalan dengan lancar.

Kisah dimulai dari seorang wanita bernama Mey Lan. Semuanya berawal dari Ibu Sherlly yang memuaskan hasrat seksualnya. Namun, aku ingin mencari wanita Cina untuk bercinta. Aku yakin Bu Sherliana akan membantuku menemukan wanita yang kucari. Bukankah dia juga yang memperkenalkanku pada Ibu Nina? Suatu malam, setelah beberapa kali orgasme, aku berkata pada Bu Sher, "Maafkan aku, Bu Sher. Aku ingin mencari wanita Cina untuk bercinta." Bu Sher tidak marah, malah ia mengelus kemaluanku yang mulai mengeras lagi. Sudah berkali-kali aku bercinta dengan Ibu dan Ibu Nina...

Kalian berdua selalu terkesan dengan keperkasaanku. Hanya aku masih belum merasa puas. Aku memiliki obsesi, ingin bercinta dengan seorang wanita berdarah Cina. Jika ada lebih dari satu, tentu akan lebih baik," ucapku sambil tertawa. Ibu Sherlliana pun ikut tertawa dan bertanya, "Kenapa kamu ingin wanita Cina?"

Di tempat asalku, sulit sekali bergaul dengan wanita Cina, apalagi melakukan hubungan intim dengan mereka. Hal ini benar-benar menantang bagiku. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya bercinta dengan wanita Cina," ujarku. "Kalau itu sih mudah," sahut Ibu Sherlliana.

"Tapi kamu harus kuat, lho! Wanita Cina memiliki nafsu yang besar, tahan lama sekali," lanjutnya.

"Kalau soal kekuatan, jangan khawatir," jawabku. "Ibu kan sudah pernah merasakannya. Benar kan?" "Tentu saja, sayang. Itu aku akui," sahut Ibu Sherlliana. "Mudah kok, ada Mey Lan. Suaminya tidak kuat lagi. Selalu mengalami ejakulasi dini. Bagaimana Mey bisa puas? Tunggu sebentar, aku akan menelepon Mey. Biar besok menjadi hari pertamamu menikmati tubuh wanita Cina impianmu." Tangannya meraih telepon di atas meja kecil di samping tempat tidur. Dia memutar nomor-nomor tersebut, sementara tanganku sendiri terus sibuk membelai kedua payudaranya.

"Hai, Mey," sapa Ibu Sherlliana dengan suara ceria. "Ada kabar baik nih buat kamu. Ada seseorang yang galak dan mungkin bisa membantu kamu. Sudah lama kan kamu ingin bantuan? Bagaimana? Setuju? Besok siang? Oke deh! Aku jamin, orangnya kuat. Bahkan Mey mungkin akan kewalahan. Pokoknya, Mey akan merasa seperti pengantin baru. Jadi, siap-siap ya? Namanya Rino. Walaupun agak hitam, tapi itu bukan masalah. Yang penting adalah kemampuannya. Hahaha.. Bagaimana? Oh ya, itu mudah kok. Aku akan pergi sebentar dan kembali sore harinya. Jadi, jangan khawatir. Kamu bisa menggunakan ruang tamu di depan. Buatlah dirimu seperti di rumah sendiri! Tentu saja! Mau bicara sendiri?" Gagang telepon dioperkan padaku. Terdengar suara lembut dan seksi seorang wanita menghela nafas.

"Hai, Bu Mey," sapaku dengan sopan. 

"Rudy ya," jawabnya. 

"Ini Mey. Belum pernah bertemu ya? Sherlly bilang kamu sangat tangguh. Maukah kamu menemani Ibu besok? Karena Ibu sudah lama berpuasa. Ibu ingin sedikit bersenang-senang besok. Bagaimana? Bisa?"

"Untuk Ibu, aku selalu siap," jawabku dengan nakal. 

"Pokoknya, pasti memuaskan." 

"Bagaimana? Apakah kamu puas dengan Bu Sherlliana?" tanyanya. 

"Wah, berbahaya. Nafsunya besar, sepertinya tidak pernah puas. Dia sedang berbaring telanjang di sampingku," jawabku. 

"Sudah beberapa jam, tapi katanya masih belum puas. Dia ingin ditambah lagi." 

"Sherlly beruntung," sahutnya.

“Tapi jangan khawatir, Bu. Saya akan hemat tenaga sebisa mungkin,” jawabku sambil tersenyum. 

Ibu Sherlly pun tersenyum puas mendengar jawabanku. Telepon pun diputus dan aku melirik ke arahnya dengan penuh keinginan. Tubuhnya yang mulus dan indah membuatku tak sabar untuk memeluknya lagi. Namun, tiba-tiba Ibu Sherlly menanyakan tentang komisi. Aku pura-pura tak mengerti, namun ia menjelaskan bahwa sudah dicarikan wanita Cinanya dan komisi wajib diberikan. Aku tersenyum nakal dan segera menerkamnya dengan penuh semangat.

"Saya mengatakan 'Ini komisinya'," kataku sambil menyerang tubuhnya. Saya menyerangnya dengan tawa cekikikannya yang membangkitkan gairah. 

"Tidak sekarang," katanya dengan genit. 

"Ibu lapar, ingin makan." 

Meskipun saya sangat bernafsu, saya harus bersabar dan mengikutinya ke ruang makan tanpa memakai pakaian. Dia juga tidak memakai pakaian, sehingga payudara dan pantatnya yang montok, putih mulus itu bergoyang-goyang naik turun dengan indahnya.

Aku menelan ludah sambil tersenyum dengan penuh kemenangan. Pantat dan buah dada yang menggoda dan cantik itu memang telah menjadi milikku. Bu Sherlliana memang milik suaminya, tetapi tubuhnya adalah milikku. Setelah makan, kami kembali bergumul di ranjangnya. Dan kami tenggelam dalam pertarungan birahi yang panas dan menegangkan. Aku menghabiskan dua jam lagi untuk memanjakan tubuh yang menggoda itu, memuaskan nafsu birahinya. Dalam kepuasan yang luar biasa itu, aku tertidur di lekukan payudaranya, menanti hari pertama pertarunganku dengan seorang wanita Cina yang menarik.

Ibu Mey Lan, seorang wanita berusia tiga puluh tiga tahun, hidup dalam kekosongan dan kekecewaan. Suaminya sering meninggalkannya, dan ketika mereka berhubungan intim, Ibu Mey tidak pernah merasa puas. Setelah sekian lama tidak pernah mencapai orgasme dan sering kali harus menahan keinginan seksualnya, kini ia merasa sangat membutuhkan kehadiran seorang lelaki yang tangguh di ranjangnya.

Tepat pada waktunya, Ibu Sherliana muncul dengan penuh semangat. Aku tersenyum dengan rasa kemenangan. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa akan begitu mudah untuk mendapatkan tubuh seorang wanita Cina di tempat ini. Hari masih pagi, sekitar jam sembilan. Udara terasa sejuk dengan awan mendung yang mengindikasikan akan turun hujan. Bagus, seolah-olah itu menjadi perlindungan baru bagi kami.

Aku baru saja bangun dari tidur dan mandi, setelah menghabiskan malam yang penuh gairah dengan Ibu Sherlliana. Aku berdiri di depan cermin, memandang tubuhku yang telanjang bulat.

Saya memandangi kemaluanku yang panjang dengan bulu hitam lebat. Kemaluan ini sudah banyak kali menyatu dengan tubuh Ibu Sherlliana dan Nina. Namun, kali ini saya akan memuaskan birahi seorang wanita Cina dengan kemaluan yang saya banggakan. Saat itu, saya mendengar suara mobil yang lembut. Sebuah mobil merah hati masuk ke halaman rumah Ibu Sherlliana. Dari balik kaca jendela kamarku, saya melihat seorang wanita cantik turun dari mobil tersebut. Wanita Cina itu mengenakan baju merah muda berleher rendah dan celana panjang jeans biru. Rambutnya hitam legam, lebat panjang sampai hampir menyentuh pinggulnya, dibiarkan tergerai. Dari postur tubuhnya dan caranya berjalan, saya langsung dapat melihat betapa besar dan montok buah dadanya serta pantatnya yang menggoda.

Nafsu birahiku meluap-luap, menginginkan untuk segera meraih tubuh montok itu dan bercinta dengannya. Namun, aku harus mengendalikan diri. Aku harus menunjukkan sikap yang baik agar dia tertarik padaku dan mencari kepuasan bersamaku. Seperti Ibu Sherliana, dia akan siap kapan saja aku menginginkannya.

"Bu Mey sudah tiba," kata Ibu Sherlly sambil membuka pintu kamarku dengan senyum ramah. Dia melihatku yang sedang telanjang bulat dan menyarankan, 

“Pakai saja kamar tamu. Telepon sudah saya matikan agar tidak ada yang mengganggu. Nikmati waktu untuk memuaskan birahi si montok itu. Saya akan pergi sebentar, biarkan kalian berdua memiliki privasi. Tapi jangan lupa, malam nanti giliranku." 

Tangannya terulur untuk menyentuh kemaluanku, dia mengusapnya dengan lembut dan kemudian meremasnya. Aku mengerang nikmat dan membalas dengan merayapi buah dadanya. Aku mengerang nikmat dan balas menggerayangi buah dadanya. Ia Ibu Sherlly berbalik dan meninggalkanku. Kupandangi tubuhnya yang indah padat dibalut celana ketat.

Tubuh yang sudah begitu sering bersatu dengan diriku, namun selalu memiliki daya tarik yang baru, membuatku selalu merindukannya. Melalui jendela, aku melihat kedua wanita itu bertemu di teras, saling berpelukan, berbisik, dan saling menepuk bahu, lalu tertawa cekikikan. Aku melihat Ibu Sherlly masuk ke dalam mobil dengan tangan yang terkepal. Ibu Mey tertawa. Tak lama kemudian, mobil itu berderu meninggalkan rumah. Ibu Mey melambaikan tangannya dan berbalik masuk ke dalam ruang depan. Aku tersenyum dan segera berpakaian. Sekarang tidak ada lagi yang menghalangi hasratku.

Rumah ini akan menjadi tempat untuk memuaskan nafsu birahi Ibu Mey dan juga obsesiku, yaitu menikmati tubuh seorang wanita Cina. Aku merasa sangat beruntung karena wanita Cina pertama yang kudapatkan sangat menawan. Tubuhnya padat dengan pantat yang bulat besar, menggantung dan berayun lembut naik turun, dibalut ketat celana. Payudaranya menonjol ke depan dengan jujur, membuatku membayangkan betapa nikmatnya meremas, mengisap, dan berbaring di atas kedua bola montok itu. Aku turun menyambut Ibu Mey yang tersenyum manis sekali.

Meskipun baru kali ini kita bertemu, dia langsung merangkulku dengan lembut. Aku bisa merasakan getaran birahinya yang menggelegar. Aku memeluk tubuhnya yang montok dan membimbingnya masuk. Tanpa membuang waktu, aku segera mencari bibirnya dengan mulutku. Bibir kami saling mengulum, mencoba membangkitkan hasrat birahi yang lebih besar. Dari bibirnya, aku merayapi pipi, telinga, leher, dan mulai turun ke dadanya yang terbuka. Sementara itu, tanganku dengan bebas bermain di pantatnya yang besar, yang lembut berayun-ayun. 

"Mau minum?" tanyaku. 

Dia mengangguk. "Wiski? Anggur? Coke? Jus jeruk?" "Anggur," jawabnya. 

"Udara agak dingin, biar badanku menjadi panas."

"Oh, kalau untuk itu, Ibu Mey tak perlu khawatir," sahutku sambil tersenyum. 

"Ibu akan minum anggur yang lezat, dan menghangatkan badan," lanjutku dengan nada nakal.

Dia tersenyum sambil memeluk pinggangku, mengerti sepenuhnya apa yang aku maksud. Aku menuangkan anggur merah ke dalam gelas yang tinggi, satu untuk dia dan satu untukku. Aku mengangkat gelas ke depannya dan kami membuat toast. Dia tersenyum sambil mengangkat gelasnya. Aku meraih tangannya dan memegang payudaranya, sementara tangannya meraih kemaluanku. Kami meneguk anggur bersama-sama dan meletakkan gelas di meja. Kami saling meraih tangan dan akhirnya berpelukan dalam kehangatan. Bibir kami bertemu dan kami berciuman dengan penuh gairah. Aku merasakan tubuhnya bergetar karena birahi yang semakin tinggi. Dan kami sama sekali melupakan gelas-gelas minuman itu.

Aku memeluk tubuhnya erat dan membawanya ke kamar tamu dengan lembut. Setelah aku menutup pintu, kami berbaring di tempat tidur. Aku mencium lehernya dengan penuh gairah, sementara dia terus mendesah dan menahan nafsu birahinya. Dia merentangkan tangannya lebar-lebar, memberiku kebebasan untuk menjelajahi setiap inci tubuhnya dengan mulut dan tangan.

Ketika nafsu yang membara semakin meningkat, aku dengan cepat melepaskan setiap lapisan kain yang menutupi tubuhnya. Aku melepas baju dan celanaku. Tubuhnya yang indah dan menggoda membuat kejantananku semakin terangsang. Aku pun melepaskan pakaianku. Dengan kemaluan yang tegang seperti senapan, aku memandangi tubuhnya yang terbaring di atas tempat tidur. BH kecil berwarna merah muda yang ia kenakan hanya menutupi seperempat dari dadanya yang indah.

Saya membuka kancing BH-nya dengan tenang namun penuh gairah. Celana nilon tipis yang sama warnanya tidak dapat menyembunyikan kemaluannya yang telah dipenuhi cairan. Kemaluanku yang tegak kugeserkan ke pahanya yang putih, besar, halus, dan merangsang. Ia mendesah nikmat ketika terlepasnya BH-nya dan kedua buah dadanya mencuat seperti dua gunung kembar. Tanganku meremasnya dengan halus dan ia terus mendesah-desah nikmat sambil menggeliat-geliat dengan mata tertutup.

Dengan perlahan, aku menyelipkan tanganku ke dalam celana dalamnya. Dia merintih kecil dan membiarkan aku mengambil alih kendali. Sekarang, dia terbaring telanjang di depanku, tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh mulusnya. Aku membebaskan tubuhnya, mataku menikmati setiap inci dari keindahannya. Dia menutup matanya dan menikmati semuanya, bibirnya terbuka dan terus mengerang. Tanganku menjelajahi setiap lekuk tubuhnya, merasakan kehalusan kulitnya dan kepadatan tubuhnya.

Aku membuka kedua kakinya dan melihat lubang kemaluannya yang sudah basah. Tanganku menekan pinggirnya, sehingga bibir kemaluannya terbuka dan memperlihatkan warna merah muda yang segar di dalamnya. Tanpa ragu, aku langsung menjilati klitorisnya.

"Dengan suara 'Auu..', ia terbangun dan tersentak. Kepalanya menekan kepalaku untuk lebih dekat dengan selangkangannya. Lidahku dengan lincah memasuki dan memainkan klitorisnya. Ia bergeliat tak terkendali, kehilangan kendali sepenuhnya. Segera aku menyadari bahwa ia berada di bawah kekuasaanku dan aku tidak ingin membuang waktu lebih lama. Aku merebahkannya di atas ranjang."

Pahanya sudah terbuka lebar, dengan bibir kemaluannya yang merekah siap menerima kehadiranku. Aku merasakan keinginan yang kuat untuk segera bersatu dengannya. Dengan perlahan, aku menurunkan pantatku. Di bibir kemaluannya, aku berhenti sejenak untuk membangkitkan nafsunya. Ia bergeliat-geliat dengan gairah. Tiba-tiba, ia menghentakkan pantatnya ke atas, sehingga kemaluanku meluncur masuk ke dalamnya tanpa kendali. Kami sepenuhnya bersatu. Aku merasakan ia menjepit kemaluanku dengan lembut. Kenikmatan yang aku rasakan begitu sempurna.

Beginikah sensasi yang luar biasa ketika tubuh seorang wanita Cina bergerak dengan lembut dan pasti? Aku merasakan pantatku naik turun dengan perlahan, menggeliat-geliat tanpa arah yang pasti. Paha mulusnya bergetar, diiringi desahan yang bergumam dengan suara yang samar-samar. Gerakan pantatku semakin cepat dan keras, menciptakan sensasi yang tak terlukiskan. Ia dengan aktif memutar-mutar pantatnya yang montok, memperbesar rasa nikmat yang semakin memabukkan. Jari-jarinya mencengkam seprei, seolah mencari pegangan, namun ia terapung seperti kapas kering tanpa sandaran sama sekali.

"Aaahh..", erangnya. "Lebih kuat! Lebih kuat! Lebih kuat lagi!" Aku tidak perlu menunggu perintahnya. Aku mengencangkan otot perutku dan meningkatkan irama gerakan pantatku. Aku menggoyang kemaluanku dengan semakin besar, semakin panjang, dan semakin kuat. Melihat tubuhnya yang bergerak dan mendengar desah kenikmatannya, nafsuku semakin membara. Kemaluannya yang lembut, basah, dan berlendir semakin menggoda. Ia tidak lagi mampu menahan batang kemaluanku yang mengeras.

Kedua tanganku erat mencengkeram buah dadanya yang semakin mengeras. Putingnya sudah sekeras lada menusuk-nusuk telapak tanganku. Remasanku semakin kuat dan ia mengaduh-ngaduh dengan nikmat. “Ooouu..” desahnya. “Teruskan! Teruskan! Achh.. Achh..” Aku semakin meningkatkan kecepatan goyangan pantatku. Bunyi irama keluar masuknya kemaluanku berkecipak karena kemaluannya telah dipenuhi lendir licin. Ia menjerit keras dan meraih tubuhku ke dalam pelukannya.

Aku jatuh ke dalam pelukannya dan merasakan kelembutan dadanya. Aku tahu dia mencapai puncak kenikmatan pada saat itu. Namun, aku belum merasakannya. Aku berbaring dengan tenang di atas tubuhnya, sementara kakinya erat melingkar di pinggangku. Keinginanku masih membara seperti senjata yang siap meledak. Aku sedikit melonggarkan cengkeraman pahanya di pinggangku dan mulai bergerak dengan cepat sekali lagi.

"Wahh..", jeritnya. "Oh.. lanjutkan! 

"Lebih kuat! "

"Lebih kuat!aahhhh.... "

"Aaa..aahhh eemmm ". 

Gerakanku telah menciptakan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia benar-benar menikmatinya. Dengan satu gerakan yang sangat manis, aku menggoyangkan pantatku dan memasukkan kpenis ku dengan dalam sekali. Ia bergeliat dan meninju-ninju punggungku. Jeritannya terhenti di bahuku.

"Mentok... "di bertaka di telinga ku..

"Enak .. aku yang goyang .. okee?"

"Ahhhh...ahhhhhh.."

Aku merasakan sperma ku memancar dengan derasnya, memasuki liang kemaluannya yang juga sudah basah kuyup. Hangat kunikmati geletar tubuhnya menahankan kenikmatan yang tak ada duanya. Lama kami diam membatu dengan kelamin yang terus berhubungan. 

Setengah jam lewat tanpa satu kata. Hanya desah napas yang menandai masih adanya kehidupan. Aku mengangkat tubuhku. Ia memandangku dan tersenyum manis sambil membelai-belai wajahku. Aku mengecup bibirnya yang merah merekah itu dengan penuh gairah. Kucabut keluar kemaluanku, meneteskan sisa-sisa cairan maniku yang bercampur dengan lendir kemaluannya ke atas perutnya. "Ternyata lebih jantan dari dugaanku", sahutnya. 

"Sherliana pasti menjerit kepuasan setiap malam. Wah, iri hati aku", katanya. 

"Kalau itu tak perlu khawatir", kataku.

Tinggal merencanakan bersama Bu Sherliana, kapan kita akan membagi waktu. Aku juga perlu menjaga tubuh yang menarik ini," lanjutku sambil membelai kedua payudara yang bulat dan indah. Kami pun pindah ke kamar mandi. Aku kembali ke kamar terlebih dahulu. Dia muncul dari sana dengan handuk yang menutupi bahunya tetapi terbuka di bagian dada hingga mata kakinya. Aku berdiri menikmati kecantikan tubuhnya dengan gairah yang membara. Dia mendekatiku dengan gerakan yang anggun, membangkitkan kejantananku. Goyangan lembutnya terus menggoda saya, membuat kemaluanku kembali tegak.

Tak tahan menunggu lebih lama, aku menyerang tubuhnya dengan ganas di atas tempat tidur. Dia berteriak dan tertawa dengan gembira. Dia pun bergeliat-geliat, siap untuk putaran kedua. Aku membalik tubuhnya, tanpa sepengetahuannya dia berlutut. Pantatnya terangkat tinggi, memudahkan aku untuk melakukan hubungan intim dari belakang. Bentuk pantatnya yang bulat besar sangat membangkitkan kejantanan saya, meskipun awalnya sedikit sulit untuk memasukkan ke dalam lubang kemaluannya. Tapi tentu saja, saya tidak akan menyerah, malah itu menjadi tantangan bagi saya untuk bertindak dengan lebih mahir.

Dengan perlahan-lahan, aku menggerakkan kemaluanku ke arah pantatnya yang putih mulus. Ia merintih dan aku melihat kemaluannya bergerak-gerak, meminta untuk segera disetubuhi. Aku membiarkannya menanti dengan penasaran. "Masukkan sekarang!" serunya. "Ayo, masukkan sekarang juga! Aku tak tahan lagi! Oh, cepat! Cepat!" Aku menurunkan pantatku dan melihat kemaluanku yang tegak ke atas.

Aku menggerakkan kemaluanku perlahan-lahan ke depan pintu kemaluannya, membuatnya semakin gelisah dan meminta untuk disetubuhi. Tanpa ragu, aku menerobos ke dalam dengan gerakan cepat dan keras. "Aaa..!" jeritnya. "Aaacchh..!" Kepalanya mendongak ke atas, menikmati kenikmatan yang tak terkira. Beruntung rumah kami tertutup rapat sehingga tak ada yang tahu apa yang terjadi.

Ia mengerang-ngerang, tubuhnya menggeletar hebat, menahan kenikmatan yang tak terhingga. Aku terus berlari cepat dan keras. Ia seperti kapas kering yang terapung. Terakhir, dengan satu hentakan keras, spermaku masuk dengan deras ke lubang kemaluannya. Ia terjatuh ke bawah karena lututnya dan tangannya melemas. Seluruh tubuhku melemas, dan aku jatuh menindihnya. Kemaluannya, yang masih mengeluarkan sperma, tercabut dari lubang kemaluannya, membuat pantatnya basah dengan spermaku. Tanpa peduli apa yang terjadi di sekitarku, aku jatuh menindihnya. 

Kami saling menindih selama lima belas menit dan tidak bisa berbicara satu sama lain. Yang ada hanya tubuh yang menggeletar menahan sisa-sisa kenikmatan. Setelah bergerak sebentar, ia berputar ke arahku. Perutnya basah oleh lelehan spermaku. Matanya berbinar, menunjukkan kepuasan seksual, menatapku dengan senyuman. Dia mengecup bibirku dan membelai wajahku. Ada sensasi hangat dan empuk di dadanya saya. "Terima kasih," bisiknya, "Aku belum pernah merasa lebih puas." Seiring dengan gerakan tubuh, makan siang menjadi lebih menyenangkan. Aku melakukan hubungan seksual dengannya langsung di meja makan ketika rangsangan itu tidak dapat ditahan lagi. Sekali lagi, ia menjerit-jerit dengan kepuasan seksual.

Nafsuku justru semakin menggila mendengar erangan dan melihat geliat tubuhnya itu. Saya menyetubuhinya dalam berbagai posisi. dari arah depan, belakang, atas, atau bawah. Ini adalah pengalaman baru baginya. Saat Ibu Sherliana kembali ke rumah, dia menemukan kami masih bergulat di ruang tengah. Kami tidak menyadari bahwa Ibu Sherliana mengawasi segalanya dari balik kaca pintu. Ibu Sherliana masuk dan bertepuk tangan saat Mey menjerit-jerit karena orgasme yang kesekian kalinya. Tertangkap sedang bersetubuh, ibu Mey memerah.

Posting Komentar

0 Komentar